Senin, 22 November 2021

T7ST1PB4 PTMT SDN LAYUNGSARI 2: Kamis 24 November 2021

IPS

3.3 Menganalisis posisi dan peran Indonesia dalam kerja sama di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya, teknologi, dan pendidikan dalam lingkup ASEAN. 

3.3.1 Mengidentifikasi peran Indonesia dalam bidang ekonomi di lingkup ASEAN. 

3.3.6 Menganalisis peran Indonesia dalam bidang politik di lingkup ASEAN. 

4.3 Menyajikan hasil analisis tentang posisi dan peran Indonesia dalam kerja sama di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya, teknologi, dan pendidikan dalam lingkup ASEAN. 

4.3.1 Menulis laporan tentang peran Indonesia dalam bidang ekonomi di lingkup ASEAN. 

4.3.6 Menyajikan hasil analisis peran Indonesia dalam bidang politik di lingkup ASEAN.


PPKn

1.1 Bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai penerapan nilai-nilai Pancasila secara utuh sebagai satu kesatuan dalam kehidupan sehari-hari. 

2.1 Bersikap penuh tanggung jawab sesuai nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. 

3.1 Menganalisis penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari 

3.1.2 Menjelaskan penerapan nilai kemanusiaan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. 

4.1 Menyajikan hasil analisis pelaksanaan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari 

4.1.2 Menceritakan penerapan nilai kemanusiaan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.


Tujuan Pembelajaran

1. Melalui kegiatan berdiskusi, siswa mampu mengidentifikasi nilai-nilai kepemimpinan yang baik dengan benar. 

2. Melalui kegiatan membaca, siswa dapat menjelaskan nilai-nilai yang terkandung dalam sila kedua Pancasila dengan benar. 

3. Melalui penugasan, siswa dapat memberikan contoh penerapan nilai-nilai kemanusiaan dalam kehidupan sehari-hari dengan benar. 

4. Melalui penugasan, siswa dapat mengidentifikasi peran Indonesia dalam bidang politik di ASEAN. 

5. Melalui kegiatan berdiskusi, siswa dapat mengidentifikasi hal-hal pokok dalam teks pidato.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

 Marilah berdo'a sebelum belajar anak-anakku...

رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا وَارْزُقْنِيْ فَهْمًا
رَضِتُ بِااللهِ رَبَا وَبِالْاِسْلاَمِ دِيْنَا وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيَا وَرَسُوْلاَ رَبِّ زِدْ نِيْ عِلْمًـاوَرْزُقْنِـيْ فَهْمًـا


Kalian masih ingat pernah menulis materi tentang kerucut? ada disini ya materinya

 
Setelah melihat, silahkan kerjakan tugas menghitung luas permukaan kerucut ya!



1. Diketahui kerucut mempunyai alas dengan jari jari lingkaran 5 cm, garis pelukis (s) = 13 cm dan tinggi 12 cm. Hitunglah luas permukaan dari kerucut tersebut!

Penyelesaian:
L = (π x r²) + (π x r x s )
= (3,14 x ...) + (3,14 x .. x ...)
= ....

Jadi, luas permukaan kerucut tersebut adalah .... cm².


2. Berapakah luas permukaan sebuah nasi tumpeng yang mempunyai diameter 14 cm dan garis pelukisnya 15 cm serta tinggi 10 cm ?

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Yuk baca cerita dibawah ini!

Hebatnya Dokter Kami 
Ia adalah Dokter Rana, seorang dokter muda yang sederhana dan terampil. Ayahnya adalah mantan kepala desa kami yang telah meninggal dunia. Dokter Rana baru kembali ke desa kami dua tahun yang lalu, setelah sepuluh tahun lebih merantau ke ibukota. Ia memperoleh beasiswa di Fakultas Kedokteran dan setelah lulus ia praktik di Rumah Sakit Umum Kabupaten. 

Semenjak ia pulang dan praktik di balai kesehatan desa, aku sering mendengar perbincangan warga yang heran atas keputusan Dokter Rana untuk kembali ke desa. Bukankah penghasilan sebagai dokter di kota jauh lebih besar? 

Kepada ayahku, Dokter Rana bercerita bahwa cita-citanya menjadi dokter dulu muncul karena melihat kesadaran hidup sehat masyarakat desa yang sangat rendah. Sungai dipakai untuk mandi cuci kakus, lalu airnya dikonsumsi. Hasil bumi dan peternakan tidak dimanfaatkan untuk membentuk pola makan sehat. Warga lebih suka menjualnya ke kota dan uangnya digunakan untuk membeli makanan instan.

Selama praktik di kota, Dokter Rana terbayang terus kondisi desanya. Ia merasa bahwa seharusnya ilmu yang dimilikinya sebagai seorang dokter dapat bermanfaat untuk kampung halamannya sendiri.

Sejak pulang, Dokter Rana memang aktif membina para remaja dan keluarga muda. Ia memberikan penyuluhan tentang pentingnya mencuci tangan, memasak air, pola makan sehat, dan imunisasi. Baginya, generasi muda adalah perantara terbaik untuk menyampaikan misi meningkatkan kesadaran hidup sehat masyarakat desa.

Sebagai anak kepala desa, Dokter Rana sering mendengar cerita almarhum ayahnya bahwa banyak warga takut berobat karena tidak mampu membayar. Tak ingin hal ini terjadi, maka diumumkannya bahwa warga dapat membayar jasanya dengan sampah. Ya, sampah! Sampah kering jenis apa saja yang dapat didaur ulang. Botol plastik, botol kaca, koran bekas, bahkan kemasan bekas, diterima oleh Dokter Rana. Cara ini membuat warga aktif dan bijak mengelola sampah. Sungguh kreatif dan cerdas cara Pak Dokter mendidik warga.

Seperti mendiang ayahnya, Dokter Rana menjadi sosok yang dicintai warga desa. Ia menjadi teladan melalui dedikasi, tanggung jawab, dan kerendahhatiannya dalam menolong warga. Apabila aku besar nanti, aku ingin seperti Dokter Rana. Akan kukejar cita-citaku menjadi guru dan aku akan kembali untuk membangun kampung halamanku. 
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Jawablah pertanyaan dibawah ini
  1. Menurutmu mengapa Dokter Rana memilih pulang kampung untuk menjadi dokter dibanding menjadi dokter di kota besar?
  2. Jika kamu menjadi dokter Rana, bagaimana perasaanmu mengalami kejadian seperti dokter Rana?


Hebat sekali bukan dokter Rana? namun ternyata Indonesia di bidang kesehatan kalah bersaing dengan negara ASEAN lho, dan lebih banyak orang memilih berobat ke luar negeri

yuk baca artikel dibawah ini!

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

5 Alasan Mengapa Orang Indonesia Senang Berobat ke Luar Negeri

Sumber: klikdokter.com

Indonesia Services Dialog (ISD) mencatat pada 2016 bahwa jumlah orang Indonesia yang melakukan pengobatan ke luar negeri meningkat hampir 100 persen selama 10 tahun terakhir. Diketahui pada 2006 terdapat 350 ribu pasien asal Indonesia yang berobat ke luar negeri, dan jumlahnya bertambah hingga 600 ribu pada 2015.
Pada akhir tahun 2018 lalu, tokoh agama Ustaz Arifin Ilham sempat dirawat di sebuah rumah sakit di Penang Malaysia, akibat kanker kelenjar getah bening yang dideritanya. Dilansir dari Liputan6.com, beberapa saat lalu diberitakan bahwa Shakira Aurum, putri tunggal artis Denada Tambunan juga tengah menjalani pengobatan di Singapura akibat penyakit kanker darah atau leukemia. Tak hanya Ustaz Arifin Ilham atau Denada, warga Indonesia lainnya pun kerap memilih berobat ke luar negeri. Fenomena ini pun dibuktikan oleh sejumlah data yang dihimpun oleh berbagai instansi.
Berbagai survei membuktikan
Indonesia Services Dialog (ISD) mencatat pada 2016 bahwa jumlah orang Indonesia yang melakukan pengobatan ke luar negeri meningkat hampir 100 persen selama 10 tahun terakhir. Diketahui pada 2006 terdapat 350 ribu pasien asal Indonesia yang berobat ke luar negeri, dan jumlahnya bertambah hingga 600 ribu pada 2015

Dari jumlah tersebut ditemukan total pengeluaran pasien berkewarganegaraan Indonesia sebesar 1,4 miliar dolar Amerika Serikat (setara dengan 18,2 triliun rupiah). Tiga negara yang menjadi pilihan lokasi pengobatan oleh pasien tersebut adalah Malaysia, Singapura dan Thailand. Bahkan, sekitar 2/3 orang Indonesia tercatat berobat ke Malaysia.

Hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Nik Yazmin Nik Azman selaku Chief Commercial Officer dari Malaysia Healthcare Travel Council (MHTC). Menurut data yang dihimpun oleh MHTC, terdapat sekitar lebih dari 670 ribu warga Indonesia yang berobat di Malaysia sepanjang 2018.

“Pasien dari Indonesia yang cukup banyak berobat di Malaysia menjadi fokus kami dalam menyediakan pelayanan. Bisa jadi, banyaknya pasien yang datang dari Indonesia dikarenakan kesamaan budaya dan kedekatan geografis,” ucapnya.

Tak hanya dari MHTC, sebelumnya pada 2012, Kementerian Kesehatan RI pernah melakukan survei perihal hal ini, dan menemukan bahwa sebanyak 12.000 orang Indonesia setiap tahunnya berobat ke Malaysia.

Selain Malaysia, Singapura juga menjadi negara yang cukup populer dipilih sebagai tujuan pengobatan oleh masyarakat dari berbagai belahan dunia, salah satunya oleh warga Indonesia.

Sebuah riset yang dilakukan oleh Bloomberg pada 2014 pun menunjukkan bahwa Singapura berada di posisi pertama negara dengan pelayanan kesehatan paling efisien. Negara ini bahkan mengalahkan popularitas negara superpower Amerika Serikat dan negara Asia berekonomi kuat seperti Jepang dan Hongkong.

Pada dasarnya, fasilitas dan teknologi di Indonesia sudah terbilang memadai untuk pengobatan. Hanya saja, stigma yang terlanjur tertanam di sebagian besar masyarakat adalah pengobatan di luar negeri jauh lebih baik. Hal ini turut diamini oleh dr. Fiona Amelia MPH dari Klikdokter.

Menurutnya, rata-rata orang memilih antara Malaysia dan Singapura sebagai tujuan pengobatan karena letaknya yang tak terlalu jauh dari Indonesia. “Dua negara yang paling populer adalah Malaysia dan Singapura. Tapi, dari segi biaya Malaysia lebih murah,” ucapnya.

Nah, berikut ini adalah beberapa alasan mengapa orang Indonesia kerap memilih negara lain untuk menjalani pengobatan:

1. Akses informasinya lebih mudah
Rata-rata situs rumah sakit di luar negeri, terutama Malaysia, Thailand dan Singapura, cukup responsif dalam menanggapi pertanyaan dari calon pasien. Bahkan, beberapa rumah sakit menawarkan paket khusus turis yang ingin berobat, dari segi penginapan hingga transportasi.

Sehingga, orang merasa mendapatkan informasi yang lebih lengkap seputar prosedur maupun biaya pengobatan. Hal inilah yang terkadang luput dari perhatian sebagian besar rumah sakit di Indonesia.

Selain itu, disampaikan oleh dr. Fiona, ada beberapa negara yang sudah fokus pada medical tourism seperti Thailand dan Malaysia, sehingga akses informasi seputar pelayanan kesehatan pun semakin mudah. Indonesia sendiri belum menerapkan sistem ini.

2. Fasilitas lengkap dan teknologi mutakhir
Jika dilihat dari segi fasilitas dan kemajuan teknologi, sebenarnya Indonesia sudah memilikinya. Hanya saja, memang belum semua rumah sakit dapat mengikuti perkembangan teknologi tersebut.

“Hal ini lebih dilihat dari sisi pertumbuhan penduduk. Indonesia sendiri pertumbuhannya cukup tinggi, sehingga memunculkan berdirinya rumah sakit untuk berbagai kalangan kelas ekonomi. Efeknya, belum semua rumah sakit bisa memiliki fasilitas yang optimal,” ucapnya.

Hal ini berbeda dengan jumlah rumah sakit di negara yang menerapkan program medical tourism. Karena jumlah rumah sakitnya sedikit, maka pemerataan dari segi pemenuhan fasilitas dan teknologi pun lebih mudah.

3. Akreditasi internasional
Sebagian besar rumah sakit di negara tujuan berobat telah memiliki akreditasi melalui instansi yang menaungi seputar kualitas pelayanan kesehatan rumah sakit seperti Joint Commission International (JCI), International Organizational Standardization (ISO) 9000. Dengan demikian, label sertifikasi internasional pun pada akhirnya membuat orang lebih percaya dengan kualitas pelayanan yang ditawarkan.

Menurut dr. Fiona, sebenarnya ada beberapa rumah sakit di Indonesia yang telah memiliki sertifikasi tersebut. Namun, memang belum merata dimiliki semua rumah sakit. Selain itu, perihal sertifikasi juga belum terlalu terlihat, sehingga tak banyak orang yang mengetahuinya.

4. Biaya lebih murah
Dari segi biaya, Malaysia termasuk negara dengan biaya pengobatan termurah bagi warga Indonesia dibanding negara lainnya seperti Singapura. Hal ini turut dipengaruhi oleh pertumbuhan populasi penduduk yang tidak terlalu tinggi dan diikuti pertumbuhan ekonomi yang cukup stabil.

5. Sekaligus jalan-jalan
Tak bisa dimungkiri bahwa rata-rata warga Indonesia yang menjalani pengobatan di luar negeri biasanya sekaligus traveling atau jalan-jalan. Jadi, orang Indonesia memilih destinasi berobat juga sekaligus ingin menyegarkan pikiran dengan pergi sejenak ke negara lain.

Selain kelima poin di atas, dr. Fiona mengatakan bahwa dua hal yang sangat diperhatikan oleh negara yang menerapkan medical tourism adalah soal keamanan pasien dan standar pelayanan tenaga medis.

“Di negara yang fokus pada medical tourism punya standar keamanan dan pelayanan pasien yang sangat ketat. Misalnya, pasien yang rentan jatuh diberi gelang berwarna khusus agar lebih diperhatikan. Atau, untuk pasien leukemia, sterilisasi alatnya lebih diperhatikan,” imbuhnya.

Jadi, tak heran mengapa warga Indonesia banyak yang memutuskan untuk berobat ke luar negeri. Nyatanya, beberapa negara memang tergolong lebih siap untuk menerima turis yang datang khusus untuk menyembuhkan penyakit lewat program medical tourism.

Selain itu, pertumbuhan ekonomi yang didukung oleh pertumbuhan populasi yang stabil juga turut “mengangkat” negara-negara tersebut sebagai destinasi medical tourism. Bagaimana dengan Anda, lebih pilih berobat ke luar negeri atau di Indonesia saja?

Jawablah pertanyaan dibawah ini ya!
  1. Negara mana saja di ASEAN yang banyak dikunjungi orang Indonesia untuk berobat?
  2. Mengapa orang Indonesia lebih memilih berobat di luar negeri?
  3. Adakah kerugian negara yang ditimbulkan dari enggannya orang Indonesia berobat di negeri sendiri?
  4. Apa yang bisa kita lakukan agar tidak kalah bersaing dengan negara luar di bidang kesehatan?
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

T7ST1PB2 PTMT SDN LAYUNGSARI 2: Kamis, 15 Februari 2024

  BAHASA INDONESIA, IPA, SBDP  Tujuan Pembelajaran 1. Melalui kegiatan beryanyi, siswa mampu menyanyikan lagu dengan interval nada dengan be...